Sabtu, 20 April 2013

KHUTBAH JUM'AT


AKHIR HIDUP YANG BAIK


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ 
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ


اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.



KHUTBAH PERTAMA

Ma’asyiRal Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Setelah kita mengucapkan kalimat tahmid, kalimat tahlil sebagai bentuk sanjungan dan pujian kita kepada Dzat satu-satunya tempat kita menggantungkan diRi daRi segala sesuatu, maka tiada kata dan ungkapan yang sepatutnya kita sampaikan dalam majelis yang mulia ini melainkan washiyatut taqwa, yaitu satu kalimat yang dengannya Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah menyebutkannya dalam sekian banyak ayat, dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun seRingkali membeRikan washiyat kepada paRa shahabatnya dalam khutbah-khutbahnya dengan kalimat teRsebut, sebagaimana yang peRnah beliau sampaikan juga kepada dua ORang sahabat yang beRnama Abu DzaR dan Mu’ad bin Jabal dalam Riwayat at-TiRmidzi beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beRsabda


اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“BeRtakwalah kepada Allah dimana saja kamu beRada, dan baRengilah peRbuatan yang buRuk dengan peRbuatan yang baik dan beRakhlak baiklah kepada semua manusia” (HR. at-TiRmudzi).

Hadits yang mulia ini, jelas-jelas telah membeRikan penjelasan kepada kita bahwa ketaqwaan itu tidak teRbatas pada waktu dan tempat teRtentu. Namun demikian apa yang dipahami Oleh paRa sahabat daRi kalimat yang agung ini tidaklah sesedeRhana yang kita pahami, sebagai kalimat yang seRing kita dengaR, mudah kita ucapkan, namun kita acapkali susah dalam menceRnanya apalagi meRealisasikannya dalam kehidupan sehaRi-haRi. KaRena pentingnya makna kalimat ini hadiRin yang mulia, UmaR bin Khathab Radhiayallahu 'anhu peRnah mengatakan dalam Riwayat yang shahih,


التَّقْوَى هُوَ اْلخَوْفُ بِاْلجَلِيلِ وَاْلعَمَلُ بِالتَّنْزِيلِ وَالرِّضَى بِالْقَلِيلِ وَاْلاِسْتِعْدَادِ بِيَوْمِ الرَّحِيلِ.

“At-Taqwa adalah peRasaan takut kepada Allah, beRamal dengan apa yang datang daRi Allah dan Nabi-Nya, meRasa cukup dengan apa yang ada dan mempeRsiapkan diRi dalam menghadapi haRi akhiR.”

Ma’asyiRal Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Sesungguhnya bagian manusia daRi dunia ini adalah umuRnya. Apabila dia membaguskan penanaman mOdalnya pada apa yang dapat membeRikan manfaat kepadanya di akhiRat kelak, maka peRdagangannya akan beRuntung. Dan jika dia menjelekkan penanaman mOdalnya dengan peRbuatan-peRbuatan maksiat dan kejahatan sampai dia beRtemu dengan Allah pada penghabisan (akhiR hidup) yang jelek itu, maka dia teRmasuk ORang-ORang yang meRugi.
Allah Subhanahu wa Ta'ala beRfiRman,


مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ

"BaRangsiapa yang beRamal shalih, baik laki-laki maupun peRempuan dan dia (dalam keadaan) beRiman, maka sesungguhnya akan Kami beRikan kepadanya kehidupan yang baik. dan sesungguhnya akan Kami beRikan balasan kepada meReka dengan pahala yang lebih baik daRi apa yang telah meReka keRjakan " (Q.S an-Nahl:97).

Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala beRfiRman,


فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شّرًّا يَرَهُ.

“BaRangsiapa yang mengeRjakan kebaikan sebeRat dzaRRahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan baRangsiapa yang mengeRjakan kejahatan sebeRat dzaRRahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. al-Zalzalah:7-8)

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala menegaskan,


أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَتُرْجَعُونَ . فَتَعَالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

“Maka apakah kamu mengiRa, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secaRa main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang SebenaRnya;tidak ada ilah (yang beRhak disembah) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) 'ARsy yang mulia.” (QS. al-Mu’minun:115-116)

Ma’asyiRal Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

KaRenanya ORang yang beRakal adalah ORang yang dapat menghisab (menghitung) amalan diRinya sebelum Allah Ta'ala menghitungnya, dan dia meRasa takut dengan dOsa-dOsanya itu menjadi sebab akan kehancuRannya.

HadiRin yang mulia sementaRa itu kematian dan akhiR hidup seseORang akan selalu menjemputnya, kapan Allah Ta'ala menghendaki niscaya tidak ada seORangpun yang dapat meRubahnya, dia tidak dapat menghindaRi daRi sebuah kenyataan yang akan menjemputnya. Allah
Ta'ala beRfiRman,


كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

"Tiap-tiap yang beRjiwa akan meRasakan mati. Dan sesungguhnya pada haRi kiamat sajalah disempuRnakan pahalamu. BaRangsiapa dijauhkan daRi neRaka dan dimasukkan ke dalam suRga maka sungguh ia telah beRuntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang mempeRdayakan.” (QS. Ali ImRan:185)

MaRilah kita tanyakan kepada diRi kita masing-masing, apa yang telah menjadikan diRi kita teRpedaya dengan gemeRlapnya kehidupan dunia, akankah akhiR hidup kita akhiR hidup yang baik atau bahkan sebaliknya? Na'udzubillahi min dzalik.

Ma’asyiRal Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Dalam sebuah Riwayat al-BukhaRi dan Muslim yang beRsumbeR daRi Said al-KhudRiy yang mengisahkan seORang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan ORang, kemudian genap seRatus ORang. Dan pada akhiR ceRita, dia dikisahkan meninggal dalam keadaan mukmin kaRena taubatnya. (HR. al-BukhaRi dan Muslim daRi Said al-KhudhRiy).

Dan Sebaliknya dalam Riwayat yang lain dikisahkan suatu ketika ada seORang laki-laki ikut beRpeRang beRsama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallamuntuk menghadapi kaum MusyRikin sehingga dia teRluka. Dan kaRena tidak kuasa menahan Rasa sakit, akhiRnya dia bunuh diRi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beRsabda, "Dia teRmasuk ahli neRaka". Setelah itu seseORang mendatangi nabi menceRitakan kejadian ini. Kemudian Rasullah beRsabda,

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ اْلجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ اْلجَنَّةِ (رواه البخاري ومسلم)

“Sungguh seORang benaR-benaR melakukan peRbuatan penduduk suRga di hadapan manusia, namun (sebenaRnya) dia teRmasuk penghuni neRaka, dan sungguh seseORang benaR-benaR melakukan peRbuatan penghuni neReka di hadapan manusia, namun (sebenaRnya) di a teRmasuk penghuni suRga .” (HR. al-BukhaRi dan Muslim).

Dua Riwayat di atas telah tegas dan jelas menunjukkan bahwa akhiR hidup seseORang, baik dan buRuknya tidak ada seORangpun yang dapat mengetahuinya.

Dan akhiR hidup seseORang ditentukan Oleh baik-dan buRuknya akhiR peRjalanan hidupnya, yang telah Allah Subhanahu wata’ala tentukan dalam taqdiRnya.

Dalam Riwayat Ahmad dengan sanad yang shahih daRi 'Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Rasulullah beRsabda,

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ اْلجَنَّةِ وَهُوَ مَكْتُوبٌ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، فَإِذَا كَانَ قَبْلَ مَوْتِهِ تَحَوَّلَ، فَعَمِلَ أَهْلَ النَّارِ، فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ. وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَهُوَ مَكْتُوبٌ مِنْ أَهْلِ اْلجَنَّةِ، فَإِذَا كَانَ قَبْلَ مَوْتِهِ تَحَوَّلَ، فَعَمِلَ أَهْلَ اْلجَنَّةِ، فَمَاتَ فَدَخَلَ اْلجَنَّةَ.

“Sesungguhnya seseORang benaR-benaR melakukan peRbuatan penghuni suRga, sedangkan dia dicatat sebagai penghuni neRaka. Maka sebelum kematian menjemput, ia beRubah dan mengeRjakan peRbuatan penghuni neRaka, kemudian ia mati, maka masuklah ia ke dalam neRaka. Dan sesungguhnya seseORang benaR-benaR melakukan peRbuatan penghuni neRaka sedangkan dia dicatat sebagai penghuni suRga. Maka sebelum kematian menjemput, ia beRubah dan melakukan peRbuatan penghuni suRga, kemudian ia mati, maka masuklah ia ke dalam suRga.”.

Dalam Riwayat lain yang beRsumbeR daRi Ali bin Abi Thalib, diceRitakan ada seORang laki-laki beRtanya kepadanya:

فقال رجل: يا رسول الله، أفلا نمكث على كتابنا وندع العمل؟ فقال : اعملوا فكل ميسر لما خلق له. أما أهل السعادة فييسرون لعمل أهل السعادة. وأما أهل الشقاوة فييسرون لعمل أهل الشقاوة، ثم قرأ : (فأما من أعطي واتقي ) سورة الليل: 5)

“SeseORang lelaki beRtanya, Wahai Rasulullah!, apakah kita tidak pasRah teRhadap taqdiR (ketentuan)Allah Ta'ala teRhadap kita dan meninggalkan amalan? Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “BeRamalah kalian! Maka setiap ORang akan dimudahkan sebagaimana apa yang ditakdiRkan baginya.” Adapun ORang yang ditakdiRkan bahagia, maka ia akan dimudahkan untuk melakukan peRbuatan gOlOngan ORang-ORang yang bahagia. Sedangkan ORang yang ditakdiRkan sengsaRa, maka ia pun akan dimudahkan untuk melakukan peRbuatan gOlOngan ORang-ORang yang sengsaRa. Kemudian beliau membaca ayat, “Adapun ORang yang membeRikan (haRtanya di jalan Allah) dan beRtaqwa, (QS. al-Lail : 5)

Dalam hadits-hadits di atas telah menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kesengsaRaan di akhiR hayat telah Allah Ta'ala tentukan di dalam kitabNya (taqdiRnya). Dan yang demikian beRdasaRkan amalnya yang meRupakan sebab keduanya. Maka akhiR hidup yang baik atau sebaliknya ditentukan dengan keadaan akhiR amalannya.
sebagaimana Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam beRsabda dalam Riwayat yang lain daRi Sahl bin Said:

إنما الأعمال بالخواتيم.

“Sesungguhnya segala amal itu teRgantung dengan akhiRnya.”

Maka baRangsiapa yang yang telah mengikuti tuntunan Allah Ta'ala dan NabiNya, maka akhiR hayatnya adalah meRupakan akhiR hayat yang baik, sebaliknya baRangsiapa dalam hidupnya senantiasa mengikuti hawa nafsu dan syaithan, maka niscaya dia akan mendapatkan akhiR hidup yang tidak baik, kaRena dOsa-dOsa yang dia lakukan selama hidupnya, sebagaimana peRnah dikisahkan Oleh Abdul Aziz bin Rawad yang dinukil Oleh Ibnu Rajab dalam kitabnya, suatu haRi dia menjumpai seORang yang akan meninggal dunia, kemudian ditalqinkan untuk mengucapkan kalimat Tauhid, namun teRnyata dia tidak bisa mengucapkan, dan dia beRkata pada akhiR peRkataannya: Dia telah mengkufuRi kalimat teRsebut. Dan meninggal dalam kekufuRan. Kemudian Abdul Azis menanyakan tentang dia, maka dikatakan dia adalah seORang peminum khamR. Kemudian Abdul Aziz mengatakan:

اتقوا الذنوب فإنها هي التى أوقعته

“BeRhati-hatilah kalian teRhadap segala (bentuk) dOsa dan maksiat, kaRena dOsa-dOsa itulah yang menyebabkannya.”

اللهم أعدنا من عذاب النار ومن عذاب القبر، وأعدنا من فتنة المحيا والممات،ومن فتنة المسيح الدجال. اللهم ارحمنا عند
سكرات الموت، ووسع لنا في قبورنا, وثبتنا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الأخرة.وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون، إنه هو الغفور الرحيم.
وْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda